Sudahkah berlangganan artikel PROPOLISPATIENT via mail, Join sekarang?
Terima kasih telah mengunjungi situs Pasien Propolis dan Biyang. Untuk jaringan BILKIS GROUPS, bilamana mendapat susah dalam mengembangkan jaringan The Secret silahkan kontak kepada Bapak Firza di 02291246460 atau 085640951888, atau bisa anda kunjungi di situs PropolisPatient PT. Melia Nature Indonesia. MANTAP...!! MAINKANNNNNN....!!!
| 0 komentar ]

"Bodoh vs Pintar" ala Om Bob Sadino

Assalamu'alaikum

Setiap orang punya perjalanan hidup yang berbeda-beda dan menerjemahkan perjalanan hidupnya pun tak akan sama kedalam petuah-petuah kata yang bermakna.

Demikian pula dengan sosok Bob Sadino yang ber-azzam untuk tidak membawa ilmu yang dimilikinya keliang kubur sebelum di ajarkan kepada anak bangsa ini.

Berikut tulisan-tulisan Beliau, semoga bermanfaat.

1. Terlalu Banyak Ide - Orang "pintar" biasanya banyak ide, bahkan mungkin telalu banyak ide, sehingga tidak satupun yang menjadi kenyataan. Sedangkan orang "bodoh" mungkin hanya punya satu ide dan satu itulah yang menjadi pilihan usahanya

2. Miskin Keberanian untuk memulai - Orang "bodoh"biasanya lebih berani dibanding orang "pintar", kenapa ? Karena orang "bodoh"sering tidak berpikir panjang atau banyak pertimbangan. Dia nothing to lose. Sebaliknya, orang "pintar"telalu banyak pertimbangan.

3. Telalu Pandai Menganalisis - Sebagian besar orang "pintar"sangat pintar menganalisis. Setiap satu ide bisnis, dianalisis dengan sangat lengkap, mulai dari modal, untung rugi sampai break event point. Orang "bodoh"tidak pandai menganalisis, sehingga lebih cepat memulai usaha.

4. Ingin Cepat Sukses - Orang"Pintar" merasa mampu melakukan berbagai hal dengan kepintarannya termasuk mendapatkahn hasil dengan cepat. Sebaliknya, orang "bodoh" merasa dia harus melalui jalan panjang dan berliku sebelum mendapatkan hasil.

5. Tidak Berani Mimpi Besar - Orang "Pintar" berlogika sehingga bermimpi sesuatu yang secara logika bisa dicapai. Orang "bodoh"tidak perduli dengan logika, yang penting dia bermimpi sesuatu, sangat besar, bahkan sesuatu yang tidak mungkin dicapai menurut orang lain.

6. Bisnis Butuh Pendidikan Tinggi - Orang "Pintar"menganggap, untuk berbisnis perlu tingkat pendidikan tertentu. Orang "Bodoh" berpikir, dia pun bisa berbisnis.

7. Berpikir Negatif Sebelum Memulai - Orang "Pintar" yang hebat dalam analisis, sangat mungkin berpikir negatif tentang sebuah bisnis, karena informasi yang berhasil dikumpulkannya sangat banyak. Sedangkan orang "bodoh" tidak sempat berpikir negatif karena harus segera berbisnis.

8. Maunya Dikerjakan Sendiri - Orang "Pintar"berpikir "aku pasti bisa mengerjakan semuanya", sedangkan orang "bodoh" menganggap dirinya punya banyak keterbatasan, sehingga harus dibantu orang lain.

9. Miskin Pengetahuan Pemasaran dan Penjualan - Orang "Pintar" menganggap sudah mengetahui banyak hal, tapi seringkali melupakan penjualan. Orang "bodoh" berpikir simple, "yang penting produknya terjual".

10. Tidak Fokus - Orang "Pintar" sering menganggap remeh kata Fokus. Buat dia, melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang "bodoh"tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya.

11. Tidak Peduli Konsumen - Orang "Pintar" sering terlalu pede dengan kehebatannya. Dia merasa semuanya sudah Oke berkat kepintarannya sehingga mengabaikan suara konsumen.
Orang"bodoh"?. Dia tahu konsumen seringkali lebih pintar darinya.

12. Abaikan Kualitas -Orang "bodoh" kadang-kadang saja mengabaikan kualitas karena memang tidak tahu, maka tinggal diberi tahu bahwa mengabaikan kualitas keliru. Sedangkan
orang "pintar" sering mengabaikan kualitas, karena sok tahu.

13. Tidak Tuntas - Orang "Pintar" dengan mudah beralih dari satu bisnis ke bisnis yang lain karena punya banyak kemampuan dan peluang. Orang "bodoh"mau tidak mau harus menuntaskan satu bisnisnya saja.

14. Tidak Tahu Pioritas - Orang "Pintar" sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Orang "Bodoh"? Yang paling mengancam bisnisnyalah yang akan dijadikan pioritas

15. Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas - Banyak orang "Bodoh" yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berbisnis. Dilain sisi kebanyakan orang "Pintar" malas untuk berkerja keras dan sok cerdas,

16. Menacampuradukan Keuangan - Seorang "pintar" sekalipun tetap berperilaku bodoh dengan dengan mencampuradukan keuangan pribadi dan perusahaan.

17. Mudah Menyerah - Orang "Pintar" merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. Orang "Bodoh" seringkali tidak punya pilihan kecuali mengalahkan hambatan tersebut.

18. Melupakan Tuhan - Kebanyakan orang merasa sukses itu adalah hasil jarih payah diri
sendiri, tanpa campur tangan "TUHAN". Mengingat TUHAN adalah sebagai ibadah vertikal dan menolong sesama sebagai ibadah horizontal.

19. Melupakan Keluarga - Jadikanlah keluarga sebagai motivator dan supporter pada saat baru
memulai menjalankan bisnis maupun ketika bisnis semakin meguras waktu dan tenaga

20. Berperilaku Buruk - Setelah menjadi pengusaha sukses, maka seseorang akan menganggap
dirinya sebagai seorang yang mandiri. Dia tidak lagi membutuhkan orang lain, karena sudah mampu berdiri diats kakinya sendiri.

Sumber Utama : Bob Sadino
Rahmadsyah

Sumber Links: Erick Wibowo
Dirilis ulang oleh: INDIG0062H


BACA SELEBIHNYA...
| 0 komentar ]

Untuk mencapai sukses

Ada orang beranggapan "untuk mencapai sukses", tak usah meniru sukses masa lalu. Sebagian pebisnis menerapkan jurus-jurus bisnis yang tak lazim dan bertentangan dengan teori. Mereka sukses karena menerapkan jurus-jurus bisnis yang menentang arus. Tetapi kan para pebisnis yang melakukan usaha jenis tersebut, mereka kan udah menghitung untung dan rugi. Pasti lah para pengusaha yang melakukan jenis usaha tersebut telah dibekali talenta usaha yang kuat. Kita boleh meniru usaha orang lain, tetapi belum tentu usaha yang kita tiru itu akan sama hasilnya dengan usaha yang kita lakukan. Dan usaha yang kita lakukan belum tentu juga hasilnya akan sama dengan yang kita tiru.

Seperti contoh, saya berikan gambaran sebuah antrean di counter BreadTalk di Mall Kelapa Gading, Jakarta, itu tampak mengular. Panjang. Mereka rela antre hanya untuk dapat mencicipi sepotong roti bertabur abon. Untunglah, sambil antre, mereka masih terhibur melihat “atraksi” pembuatan roti di dapur yang dindingnya transparan. Simak baik-baik.

Dapur transparan, bukankah itu melanggar tradisi? Bukankah itu sama saja dengan membuka rahasia dapur? Bukankah itu menentang arus? Apalagi kebanyakan toko roti selama ini selalu meletakkan dapur di belakang. Salah satu tujuannya adalah agar tak mudah dilihat pesaing. Lagi pula, banyak orang menganggap tabu kalau pembeli bisa melihat suasana dapur, yang biasanya jorok, kotor, dan berantakan. Anggapan itu justru “ditabrak” BreadTalk.

“Dengan konsep open kitchen, BreadTalk ingin menjadi sebuah butik roti yang ingin bisa menyatukan rasa, pikiran, dan mata,” kata Sugiyanto Wibawa, vice-president director PT Talkindo Selaksa Anugrah, nama perusahaan pemegang hak waralaba BreadTalk di Indonesia. Meski Sugianto mengaku bahwa konsep open kitchen berasal dari Singapura, nyatanya apa yang ia lakukan kemudian diikuti oleh beberapa toko roti lainnya di Tanah Air.

Menentang Arus, Apa Itu?
Menurut associate consultant MarkPlus&Co, Yuswohady, jurus-jurus bisnis menentang arus kerap disebut sebagai blue ocean strategy. ” Blue ocean strategyadalah strategi yang biasanya diterapkan dalam sebuah arena bisnis, di mana kondisi pasar atau lautnya masih berwarna biru, terbuka, karena belum banyak pemain yang menggarap,” papar Siwo, panggilan akrab Yuswohady. Jadi, lanjut dia, bisa dikatakan bahwa blue ocean strategy adalah strategi yang radikal, gila, dan cenderung menentang arus bisnis yang ada.

Dalam kasus BreadTalk, jurus menentang arus yang dipakainya adalah tak sekadar mengandalkan kenikmatan rasa rotinya, seperti toko-toko roti lainnya di Indonesia. “BreadTalk berani menabrak tradisi dapur tertutup, dan terbukti bisa memainkan emosi konsumen dengan konsep keterbukaan dapurnya,” jelas Siwo.

Selain BreadTalk, fenomena menentang arus juga dipakai Putera Sampoerna ketika mengeluarkan rokok rendah tar dan nikotin, A Mild, pada 1990-an. Langkah Putera ketika itu terbilang berani. Pasalnya, saat itu pasar rokok Indonesia masih didominasi oleh rokok kretek. HM Sampoerna bahkan dikenal sebagai salah satu produsen rokok terbesar yang sukses dengan rokok kretek merek Dji Sam Soe dan Sampoerna Eksklusif. “Namun, demi menghidupkan pasar A Mild, Putera Sampoerna malah memutuskan untuk mematikan produk Sampoerna Eksklusif,” ujar Sendi Sugiharto, head manager of Category Low Tar Low Nikotin. Sebuah langkah berani dan penuh risiko.

“Rokok A Mild adalah bukti keberanian Putera Sampoerna untuk melupakan kesuksesan HM Sampoerna dengan kejayaan rokok kreteknya,” ucap Siwo. Padahal, biasanya orang kalau sudah sukses, mereka akan menggunakan strategi bisnis atau membuat produk yang tak jauh berbeda dengan kesuksesan masa lalunya. Gampangnya, ngapain mesti repot-repot kalau bisa menjiplak strategi bisnis sebelumnya. Namun, untuk Putera Sampoerna, ia malah mempraktekkan jurus menentang arus: lupakan sukses masa lalu. Itu kan kata Putera Sampoerna. Ya kita cuma bisa membandingkan dengan SDM yang kita miliki. Jangan kita paksakan.

Dalam dunia dengan persaingan yang makin keras, berbisnis dengan cara-cara yang biasa jelas tak memadai lagi. Produk harus unik. Strategi jangan sampai mudah dikenali lawan. Itu pulalah yang diterapkan oleh Bob Sadino, pemilik sekaligus pendiri Kemchicks Supermarket, yang berlokasi di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Bob dikenal sebagai pengusaha yang anti manajemen. “Saya selalu menganalogikan bisnis itu seperti sungai yang penuh kebebasan, tanpa perencanaan, bahkan tanpa arah tujuan yang hendak dicapai,” kata pria yang khas dengan celana pendeknya itu.

Bob tak pernah memakai rencana, atau mematok target. Untuk masalah keuangan di Kemchicks Supermarket pun Bob tak pernah ikut campur. Semua pengelolaannya ia percayakan kepada karyawan, yang oleh Bob disebut sebagai “anak-anaknya”. “Jadi, kalau Kemchicks untung Rp100 miliar, ya terserah anak-anak saja, mau dihabiskan untuk apa saja,” katanya, serius. Bob memang memberikan kebebasan penuh kepada 350 karyawannya untuk bekerja sesuai keinginan mereka. Meski serba tak masuk di akal, toh terbukti hingga kini Kemchicks, Kemfood, dan Kemfarm masih eksis.

Cara aneh membesarkan usaha juga dilakukan oleh Purdi E. Chandra. Ia termasuk orang yang percaya bahwa kalau ingin sukses tak perlu pendidikan formal. Namun, ketika Purdi mendirikan Entrepreneur University dengan cara itu, banyak orang mengerutkan kening. “Kuliah di Entrepreneur University modelnya tanpa ijazah. Mahasiswanya baru bisa diwisuda kalau sudah berhasil membuat usaha sendiri,” kata Purdi. Jadi, kalau ingin sukses seperti Purdi, yang mantan anggota MPR RI ini, lupakan pendidikan formal. Ijazah itu tak penting.

Sudah tentu masih banyak jurus menentang arus yang bisa dipetik dari berbagai kasus. Misalnya, ada fenomena kaus Dagadu dari Yogyakarta yang tak mau ekspansi ke luar dari Kota Gudeg itu. Lalu ada Joger dari Bali, strategi harga tiket murah ala Lion Air, gratis kartu prabayar As, dan sebagainya.

Melihat Dari Sisi Yang Berbeda
Lalu, apa yang bisa dipetik dari beberapa jurus bisnis menentang arus tadi? Sukseskah? Kafi Kurnia, pakar bisnis dan pemasaran dari Inbrand, memberi gambaran gunanya memakai jurus menentang arus. “Dalam berbisnis, kadang kala, kita mesti berpikir secara holistik atau dari dua sisi,” katanya. Jadi, ibarat koin, melihatnya harus dari dua sisi secara bersamaan.

Cara ini biasa digunakan orang-orang yang mengalami kemacetan saat menjalankan teori-teori bisnis dari bangku pendidikan. “Sebab, di dunia ini sebenarnya banyak teori bisnis yang hanya melihat dari satu sisi. Padahal masih ada sisi yang lain, yang berbeda sama sekali,” kata Kafi, yang juga penulis buku Anti Marketing –sebuah buku tentang jurus-jurus pemasaran yang edan, ngawur, tapi kreatif. “Ibaratnya, kalau menemui jalan yang mulai macet, supaya mobilnya tetap jalan, ya harus mencari jalan alternatif,” kata pria berambut jabrik ini. Jadi, meski dianggap nyeleneh, sebenarnya jurus-jurus menentang arus bisa dijadikan alternatif dari teori bisnis yang ada.

Namun, yang patut diingat, memakai jurus-jurus menentang arus bukan tanpa risiko. Untuk mengenalkan cita rasa rokok mild, misalnya, membutuhkan waktu 3-5 tahun. “Sampai 1995 saja A Mild belum dikenal konsumen. Buktinya, kalau kami membagi-bagi sampel gratis pun masih ada konsumen yang tidak mau,” tutur Sendi Sugiharto. Salah satu kendala yang paling berat untuk mendorong kesuksesan A Mild, tambah Sendi, adalah terus meyakinkan pasar.

Akhirnya Sampoerna memutuskan untuk melakukan edukasi pasar dan terus meyakinkan tim pemasaran dan wiraniaganya agar mau terus menjual. Hasilnya tidak sia-sia. Dengan brand “Bukan Basa Basi”, tahun 2004 A Mild bisa menguasai 8% pangsa pasar rokok mild, atau lebih dari 200.000 batang per tahun. Ia diikuti oleh para pesaingnya, seperti Star Mild dan X Mild (Bentoel), LA Light dari Djarum Kudus, dan yang terakhir Gudang Garam Nusantara.

Menurut Siwo, menerapkan jurus menentang arus memang berisiko. Salah satunya, harus mau mengedukasi pasar. “Tak mudah mengubah keinginan pasar yang masih perawan, alias blue ocean,” ungkap alumnus Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada ini. Risiko selanjutnya adalah kemungkinan langsung ditiru oleh kompetitor, seperti dalam kasus A Mild dan BreadTalk.

Memang begitulah, sesuai namanya, yaitu menentang arus, sudah pasti jurus ini akan berhadapan melawan arus. Untuk berhasil, yang menerapkannya mesti punya tenaga ekstra. Namanya saja menentang arus. Jika tanpa tenaga ekstra, ia malah bakal hanyut terbawa arus … lalu tenggelam.

Jurus-Jurus Menentang Arus Itu ….

Lupakan Sukses Masa Lalu
Tak ada kesuksesan yang abadi. Sebelum masa suram itu tiba, mulailah dari sekarang untuk melupakan masa lalu (baca: kesuksesan Anda). “Salah satu langkah awal membuat jurus menentang arus adalah melupakan formula, strategi, dan semua sendi-sendi kesuksesan perusahaan atau bisnis di masa lalu,” ungkap Yuswohady. Sebab, biasanya, keberhasilan masa lalu bisa dengan mudah diikuti oleh para kompetitor. Sebagai generasi ketiga, Putera Sampoerna mau melupakan kejayaan rokok kreteknya dengan meluncurkan A Mild.

Tabrak Saja Tradisi
Siapa yang bakal mengira bisa melihat cara membuat roti di sebuah mal? Dengan konsep open kitchen, BreadTalk sukses menggabungkan pikiran, rasa, dan mata. Atau, Anda mungkin masih ingat pada 1980-1990, tren minuman dalam kemasan banyak yang berbentuk botol. Namun, Extra Joss justru berani membuat minuman kemasan sachet. Sukses ternyata bisa dicapai kalau ada keberanian menabrak tradisi.

Anti Manajemen
Jargon ini terkesan ekstrem. Teori manajemen mengajarkan pentingnya perencanaan, target, eksekusi, dan evaluasi. Namun, Bob Sadino justru bertolak belakang. Ia tak pernah memakai ilmu manajemen. “Sebenarnya langkah bisnis saya adalah langkah seribu,” gurau Bob. Tak ada manajemen, feeling, atau insting yang dipakai Bob dalam berbisnis.

Distribusi Itu Tidak Penting
Sukses sebuah produk sangat tergantung pada distribusinya. Namun, ini tak berlaku bagi kaus Dagadu di Yogyakarta dan kaus Joger dari Bali. Semua orang mengakui bahwa dua produsen kaus itu dikenal kreatif memainkan kata-kata. Namun, Dagadu dan Joger tak pernah mau membuka cabang di kota lain. Cara ini justru membuat produknya laris dan banyak dicari. Kaus Dagadu diproduksi 5.000-10.000 potong per bulan. Akibat pembatasan distribusinya, mereka yang ingin memilikinya harus datang ke Yogya atau Bali.

Lupakan Ijazah, Lupakan Sertifikat
Purdi E. Chandra, pendiri sekaligus dirut Primagama, sukses membesarkan lembaga bimbingan tes-nya yang kini beromzet Rp100 miliar per tahun. Kunci sukses Purdi justru tidak mengandalkan ilmu pendidikan formalnya. “Jadilah pengusaha yang cerdas di lapangan, di jalanan, dan berani menentang teori dari sekolah formal,” katanya.

Harga Tak Usah Masuk Akal
Lion Air berani membanderol harga tiket pesawat 50% lebih murah dari semua harga tiket pesawat yang berlaku di semua maskapai saat itu. Hal serupa terjadi untuk pembelian kartu perdana dari IM3 dan Kartu As dari Telkomsel. Dengan harga beli Rp 15.000, konsumen bisa mendapatkan nomor perdana dan pulsa senilai Rp 25.000.

Tak Perlu Menjadi yang Pertama
Tak selamanya menjadi yang kedua, atau pengikut, selalu gagal. Dalam kasus internet banking, meski LippoBank yang menjadi pionirnya, kini justru BCA yang memimpin. Begitu juga dengan bisnis kartu kredit. Pencetusnya adalah Bank Duta, tetapi kini yang menikmati booming kartu kredit adalah Citibank.

Sumber: pebisnis-sejati.blogspot[dot]com

Dirilis ulang oleh: INDIG0062H

BACA SELEBIHNYA...
| 0 komentar ]

Cerdas Jadi Pengusaha, Pengusaha Jadi Cerdas

Bersama
Smart Entrepreneur Coaching (SEC)

”Pengusaha bisa sukses luar biasa dengan cara memanfaatkan sebanyak-banyaknya orang pandai”. Ungkapan ini sangat menarik, karena bisa memotivasi diri kita. Purdi E Chandra pemilik PRIMAGAMA dan ENTREPRENEUR UNiVERSITY dalam seminarnya sering mengatakan bahwa, ”menjadi pengusaha tidak perlu pandai”. ”Pengusaha yang terlalu pandai tidak akan menjadikan usahanya besar” demikian mereka mengatakan. Entrepreneur Unik Bob Sadino juga mengatakan ”MAU KAYA NGAPAIN SEKOLAH”. Ungkapan dua tokoh ini tidak salah, karena mereka telah membuktikan bisnis yang dimiliki cukup sukses. Hal tersebut juga dibenarkan bila kita amati ungkapan filsafat berikut :
Orang bodoh kalah dengan orang pandai
Orang pandai kalah dengan orang cerdik
Orang cerdik kalah dengan orang licik

Jika kita cermat mengamati ungkapan diatas, maka sejatinya dua tokoh tersebut tidak pandai melainkan cerdik atau cerdas. Untuk menjadi cerdik atau cerdas manusia berproses, demikian halnya dengan Purdie E Chandra maupun Bob Sadino. Bisnis mereka pasti melalui proses jatuh bangun, nah dalam proses jatuh bangun ini Bob Sadino mengatakan, ”orang menuju proses bisa”. Relevan dengan kedua pemikiran pebisnis sukses tersebut adalah tangga entrepreneur yang digagas oleh Brad Sugar, pebisnis sukses kelas dunia dan pemilik pelatihan bisnis terbesar di dunia. Perhatikan tangga entrepreneur di bawah ini :


Tangga Entrepreneur

Sebagian besar pengusaha (tidak semua) awalnya adalah seorang EMPLOYEE (karyawan). Karena mulai merasa tidak nyaman setiap hari harus berangkat pagi, dikejar target, dimarahi, pendapatan pas-pasan dan lain sebagainya maka ia memulai usaha. Karena baru mulai usaha maka semuanya ditangani sendiri. Pada posisi inilah mereka disebut sebagai SELF EMPLOYEE. Sebagian besar pengusaha konvensional terjebak pada posisi ini sehingga takut usahanya gagal kalau harus didelegasikan ke orang lain. Di posisi inilah kalau pengusaha merasa pandai tidak akan berkembang.

PENGUSAHA CERDAS pada posisi ini mereka membangun stabilitas yaitu stabilitas keuangan (Cash Flow), stabilitas waktu (Time Management) dan stabilitas pelayanan. Dengan bisnis yang stabil maka posisinya bisa naik ke posisi MANAGER. Pada level ini pengusaha sudah mulai dibantu Marketing, Keuangan, HRD, bagian Teknik dan lain-lain. Setahap demi setahap usahanya pasti tambah maju karena mereka mulai membangun TEAM. Langkah selanjutnya, jika sudah mendapatkan TEAM yang solid maka pengusaha jangan lama-lama jadi Manager, naiklah ke level BUSINESS OWNER.

Pada level ini seorang pengusaha sudah memiliki Direktur dan TEAM-nya dan pekerjaan seorang Business Owner hanya mengevaluasi dan memotivasi serta memberikan tantangan-tantangan ke Direksi. Di posisi ini sudah selayaknya pengusaha mulai menikmati hasilnya dan kalau ingin berkembang lebih besar maka mereka akan naik ke level INVESTOR, di mana mereka sudah bisa memfranchisekan bisnisnya, membeli property, membeli bisnis, bermain saham dan lain-lain. Pengusaha yang cerdas selalu mencari orang pandai yang bisa menjalankan atau melipatgandakan bisnisnya sehingga mereka sampai pada posisi seorang yang disebut ENTREPRENEUR.

Apabila Anda ingin menjadi PENGUSAHA CERDAS dan CERDAS MENJADI PENGUSAHA bergabunglah dengan SMART ENTREPRENEUR COACHING yaitu sebuah pelatihan CARA CERDAS JADI PENGUSAHA terlengkap dan termurah di dunia. Step atau tahapan-tahapan di atas akan diberikan secara detail oleh seorang praktisi bisnis yang sudah memiliki belasan usaha. d9

Informasi lebih lengkap hubungi kami di 021-88952042 atau 081311020505 atau 0811891145.

Sumber: majalahpengusaha[dot]com

Dirilis ulang oleh: INDIG0062H


BACA SELEBIHNYA...


Personnel Contact

Kontak Personal Kami Di:

Nama Anda:
Email Anda
Judul
Pesan / Pertanyaan
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Kirim Iklan Gratis

IKLAN GRATIS TANPA REGISTRASI

Isi Promosi
Judul
Alamat
Website
Image Verification
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]